Kamis, 31 Maret 2016

Pria Idaman, Pria yang Beriman

Pertanyaan Adinsa gadis berjilbab abu-abu, membuat Kak Teti terdiam, kedua kakinya berhenti menginjak pedal mesin jahit.
"Maksudnya? Pria yang rajin shalat, rajin mengaji, tapi kalau urusan rezeki dia berdalih rezeki Allah yang atur. Kakak tidak mengerti, memang ada yang seperti itu?"

Adinsa tersenyum, memandangi kak Teti dengan raut muka masih terlihat kebingungan. "Maksud aku, pria yang rajin ke mesjid, tapi kalau kerja untuk memenuhi kebutuhan anak istri, pasrah aja. Waktunya di habisin untuk shalat, nganji berdiam diri di rumah dan di mesjid."

Kak Teti mengela nafas, mencoba mencerna kata-kata Adinsa, " Kak Teti tahunya pria beriman itu adalah mereka yang memiliki  pemahaman agama yang baik, nggak berat sebelah. Imbang antara dunia dan akhirat. Pria yang rajin shalat, puasa, ngaji zakat pastilah ia bertanggung jawab pada anak dan istrinya."

"Sendainya ada yang seperti itu kakak pilih yang mana?"
Kak Teti menarik nafas panjang, memperbaiki letak jilbab ungu yang ia kenakan.  Berbalik badan, duduk tepat di depan Adinsa.

"Kakak tidak akan memilih kedua-duanya, karena bagi kakak pemahaman agama yang baik adalah modal utama dalam sebuah pernikahan. Keimanan tidak bisa dibeli dengan harta sebanyak apapun. Ketakwaan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat, bagaimana mungkin sakinah ada dalam rumah tangga jika tidak ada kepatuhan kepada-Nya."

"Tapikan bisa saja ada yang seperti itu." Adinsa menyela.

"Bagi kakak pria idaman pria yang beriman." Jawab kak Teti mantap.

"Bisa saja kan kak." Adinsa tidak menyerah, ia belum puas dengan jawaban kak Teti.

Kak Teti membalikkan badan, kembali menginjakkan kakinya di atas pedal mesin jahit. Ia mengayunkan kaki, suara mesin jahit terdengar. "Kamu kenapa Adinsa? Jangan-jangan?" Kak Teti balik bertanya.

"Jangan-jangan apa?" Wajah tirus Adinsa terlihat penasaran.

"Yah, Jangan-jangan, jangan-jangan."

"Apaan sih?" Adinsa mulai kesal.

"SMS yang semalam itu," kak Teti menaha tawa.

"SMS apa?"

1 komentar:

  1. sms apa.
    Saya lebih setuju dengan laki-laki yang bagus imannya. seimbang dalam urusan dunia dan akhirat.

    BalasHapus