Entah berapa kali, harus melihat wajahmu dalam mimpi. Senyummu, hingga detik Ini, tidak pernah bisa terdefenisikan. Aku berfikir ini adalah ujian, sejauh mana dapat ku genggam rindu. Sekuat apa aku bertahan, agar kita tak saling menyapa.
Wajahmu datang menghiasi mimpi-mimpiku. Entah kapan wajah dan senyumanmu itu enyah. Aku telah berjuang untuk tidak melupakanmu agar bisa menghilangkan wajahmu dari mimpiku. Aku benci, mengapa harus bertahan menunggumu. Bosan dengan semua rasa ini, bilakah ia berakhir?
Harapan mulai berkurang, di gegoroti kelamnya malam. Mengapa aku masih saja berdiri di tempat yang sama, meski lelah menunggumu yang tak kunjung datang. Jangan pernah minta aku untuk membenci, karena aku tidak pernah tahu. Seperti halnya bagaimana aku bisa mencintaimu.