Rabu, 23 Maret 2016

Mimpi

Entah berapa kali, harus melihat wajahmu dalam mimpi. Senyummu, hingga detik Ini,  tidak pernah bisa terdefenisikan. Aku berfikir ini adalah ujian, sejauh mana dapat ku genggam rindu. Sekuat apa aku bertahan, agar kita tak saling menyapa. 

Wajahmu datang menghiasi mimpi-mimpiku. Entah kapan wajah dan senyumanmu itu enyah. Aku telah berjuang untuk tidak melupakanmu agar bisa menghilangkan wajahmu dari mimpiku. Aku benci, mengapa harus bertahan menunggumu. Bosan dengan semua rasa ini, bilakah ia berakhir? 

Harapan mulai berkurang, di gegoroti kelamnya malam. Mengapa aku masih saja berdiri di tempat yang sama, meski lelah menunggumu yang tak kunjung datang. Jangan pernah minta aku untuk membenci, karena aku tidak pernah tahu. Seperti halnya bagaimana aku bisa mencintaimu.

Belajar Memahami, bukan Menunggu agar di Pahami

Setiap orang punya privasi, ada jawaban atas pertanyaan "Why?". But, tidak semua harus di jelaskan secara gamblang. Ucap permisi sebelum berbuat sesuatu yang menyangkut orang lain. Diam bukan berarti tak ada alasan. Boleh jadi apa yang di anggap sepele oleh sebagian pribadi, tetapi tidak untuk pribadi yang lain.

Saya fikir, tidak semua momen harus di publikasikan. Sekalipun seisi dunia tahu, tidak akan berpengaruh.
Tapi mau di apakan lagi, semua telah terjadi,  Nasi berubah basi. Jadilah ia konsumsi publik.

Bukan bicara soal apa yang sering di perdebatkan banyak orang. Melainkan, nyaman tidak nyaman, suka atau tidak suka.

Baiklah... lagi dan lagi belajar memahami bukan menunggu agar di pahami.

Selasa, 22 Maret 2016

Lagi Baper, nulis sebisanya.

Kalau sudah bicara soal kuliah saya suka baper bawaannya. Hampir lima bulan saya lulus dari salah kampus di kota Makassar. Ada beban tersendiri, bukan hanya saya yang merasakan tapi juga mereka yang baru saka menyelesaikan study dari bangku kuliah.

Pekerjaan dan penghasilan, dua kata yang membuat tekanan hidup bertambah. Pengangguran lebih tepatnya, meski berpenghasilan tapi tidak sesuai jurusan, komentar bagai peluru yang di tembakkan dari segala arah. Tetap saja, bagi sebagian orang, kerja harus sesuai jurusan dan memiliki gaji. 

Semua tidak semudah pemahaman orang, kerja langsung dapat gaji, punya penghasilan bisa beli ini, beli itu. Segalanya butuh proses, sayangnya orang-orang tidak peduli itu. Kuliah, kerja memiliki gaji, lupa bagaimana namanya proses.

Kuliah tidak menjadikan seseorang kaya, memiliki jabatan. Langkah demi langkah harus di tempuh. Lelah, sakit, dan semua kepayahan harus di lewati.