Selasa, 29 Maret 2016

Pria Idaman, Pria yang beriman

Sore itu, ketika matahari perlahan membenamkan diri di ufuk barat. Bersembuyi di balik gunung, tampak cahaya keemasan sang surya masih menyinari lembah Sigi. Lembah yang tak seindah dulu lagi rupanya. Debu berterbangan dan hamparan pohon jarak tumbuh di atas tanah-tanah gersang.

Sementara petang kan beranjak, dua anak manusia, asik bercengkrama di depan mesin jahit dan tumpukan kain. Satu, dua sisa potongan kain berserak di lantai.

"Pria yang mampu menjadi imam dalam keluarga, siapa yang tidak menginginkannya," kak Teti membuka pembicaraan. "Dia yang bertanggung jawab, bekerja keras membimbing anak dan istrinya untuk memahami ilmu agama," lanjutnya.

"Pria yang memiliki pemahaman agama yang baik serta pengamalannyaa yang baik pula." Sambung gadis, yang mengenakan jilbab besar berwarna abu-abu.

Suara mesin jahit menyatu dengan percakapan mereka. Sesekali gadis berjilbab abu-abu menggerutu, kesal karena benang putus.

"Kak Teti pilih yang mana?" gadis berjilbab abu-abu mengajukan pertanyaan. "Pria pekerja keras, bertanggung jawab, memenuhi kebutuhan anak dan istri tetapi tidak shalat atau pria yang rajin halat, mengaji, puasa sering berkumpul di mesjid tetapi untuk urusan kebutuhan anak dan istri dia berdalih rezeki Allah yang atur."

Bersambung...

2 komentar: