Senin, 28 Maret 2016

Memantaskan Diri

      Cerdas, rupawan, hartawan dan dermawan adalah kriteria pendamping hidup yang dulunya aku dambakan. Hari berganti minggu, proses demi proses terlewati, pernah percaya namun di kecewakan dan pernah kecewa karena terlalu percaya. Cinta berubah benci, tangis dan malu menjadi satu, pilu dan rindu bergemuruh, ketika harap dan ratap bertemu. Aku memilih menjaga hati agar ia tak sakit lagi, agar luka yang dulu tak menganga kembali. Sebab aku pernah percaya namun di kecewakan dan pernah kecewa karena terlalu percaya.

      Tahun-tahun menyakitkan terlalui, aku bisa berdiri meski terkadang jatuh dalam kenangan masa lalu. Menatap  pagi dengan senyum, biarlah waktu menjadi penawar luka sayatan di hati. Tangis telah reda tapi tidak untuk perasaan yang terlanjur terkoyak. Pupus sudah angan, ia cerdas ternayata culas, rupawan pandai bermain hati, hartawan tetapi memandang remeh kehidupan orang.

       Seberapa pantaskah aku untuk mendapatkan pendamping yang sholeh?
Tanya itu kini muncul di benakku, tatkala hati mulai menerima kejadian-kejadian menyakitkan di masa lampau. Teringat Hasan Al Basri pernah memberi nasehat kepada seorang ayah, nikahkanlah anakmu pada pria yang bertakwa, sebab jika ia mencintainya ia akan memuliakanya dan jika ia tidak mencintainya  ia tidak akan menghinakannya. Bilakah aku bertemu dengan yang pria yang bertakwa? Seberapa pantaskah aku untuk mendapatkannya?

      “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan  yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)...” (Q.S An-Nur : 26)

Akukah perempuan-perempuan yang baik itu?

Dan Pantaskan aku untuk laki-laki yang baik itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar