Jumat, 07 Oktober 2016

Markas Muslimah

Kenyataannya kalian memang menyebalkan, suka membuat kesal, gaduh, usil. Terlepas dari semua itu bagiku kalian adalah guru-guru kehidupan.

Terimakasih, karena menjadikanku bagian dari kalian. Betapa hati ini merindu, rindu akan prinsip dan saling menghargai di antara kita.

Tentang malam minggu, bahkan kita rela menghabiskan ratusan malam minggu, di dalam rumah tanpa berfikir waktunya jalan-jalan untuk melepas penat sepekan. .
Ketidak adaan uang jadi alasan utama, ketidak adaan pacar adalah alasan berikutnya. Tapi tidak mengapa, kita adalah orang-orang bahagia.

Siapa diantara kita yang membawa teman lelaki, sahabat saudara atau siapa saja yang hendak bertamu, akan meminta izin terlebih dahulu, memberi tahu siapa yang akan datang. Jam 10 adalah batas maksimal waktu bertamu. Selebihnya, dikembalikan ke perasaan tamu, dan orang yang di kunjungi.

Jika ada yang keluar rumah, maka selalu ada pemberitahuan lewat sms, jam berapa pulang, tanpa harus ditanya, tanpa harus di peringatkan.

Dan dengan siapa pergi, pasti ada salah satu di antara kita di beri tahu, jika sifatnya privasi.

Hebatnya kalian, itu semua terbentuk tanpa peraturan tertulis. Karena ada rasa saling menghargai, rasa "tidak enak" yang membentuk rasa saling memahami. Hingga akhir kuliah, kita tetap bertahan di satu rumah yang sama dengan orang yang pula.

Dengan bangga ketika pulang kampung aku menceritakan kalian kepada orang rumah. Tentang kita yang tidak pernah berseteru perihal makanan. Tentang kita yang selalu kompak mengumpulkan uang bulanan. Tentang kita selalu bersedia membayar denda karena lupa atau sengaja tidak melaksanakan tugas bersih-bersih. Tentang kita yang selalu ada hari untuk makan bersama. Tentang kalian dengan prinsip hidup luar biasa.

Terimakasih, karena dari kalianlah aku belajar tentang kesederhanaan. Dengan
seapaadanya kalian, tidak ada alasan untuk tidak bahagia.

Tetaplah seperti yang dulu, meski kita tidak lagi menjadi penghuni markas muslimah. Tetaplah seperti dulu, tetap pegang prinsip, bahwa kita tidak akan melepas status "Jomblo" hingga Allah, mempertemukan kita dengan pria yang bertanggung jawab, yang tidak berani mendekat karena modal nekat.

Suatu hari nanti, aku akan bercerita pada "Abu goib" begitulah kalian menyebutnya. Tentang kalian yang luar biasa. Suatu hari nanti aku akan bercerita pada anak-anakku, ponakan mungil kalian, bahwa mereka memilik tante yang luar biasa seperti kalian. Suatu hari nanti aku sangat bangga membagikan kisah kita kepada cucu-cucuku, bahwa mereka memiliki nenek luar biasa, seperti kalian.

Jika diberi kesempatan, aku akan mengajak "Abu goib" bersama ponakan kalian, melihat kembali sejarah, perjalanan hidup kita di kota Daeng.
Semoga kita bisa bertemu di sana, bersama "Abu goib" kalian dan tentu bersama penokan-ponakanku yang lucu-lucu.

Salam rindu untuk kalian penghuni "Markas Muslimah"

*Adibah Damayanti

Kamis, 06 Oktober 2016

Ayah...

Jikapun ayah tak ada di samping, merasalah selalu terawasi olehnya. Kita tak akan berani keluar rumah tanpa sepengatahuannya, kita tak akan berani menerima ajak seorang pria tanpa izinnya. Dan kita tidak akan berani pulang larut malam bersama seoarang lelaki jika kita tahu bahwa ayah sedang menunggu di rumah.

Menghormati, bukan hanya karena Ayah ada didepan kita, bukan karena ia mengawasi apa yg kita perbuat.

Sejauh apapun kaki melangkah, terpisah jarak dan penjagaan, penghormatan kita tidak akan pernah terputus.

Memang hidup kita berjauhan, tapi itu bukan berarti sebebas-bebasnya kita berbuat, sesuka hati kita berkehendak.

Bukan alasan, ketika kita meyakinkan diri bahwa tidak akan terjadi apa-apa, bahwa semua akan baik saja.

Dunia ini, teramat kejam untuk jawaban sepolos itu.

Pikirkan Ayah kita yang teramat percaya, ia termat baik memberikan kesempatan, diatas semua keraguan yang terpikirkan, masa depan anaknya lebih ia utamakan.

Kita tidak akan berhenti menghormati ayah, walau ia jauh sekalipun.

*Adibah Damayanti

Rabu, 05 Oktober 2016

Bersabarlah denganya...

Duhai,  bagaimanalah bisa kujelaskan jika sampai detik ini kita tdk pernah sepaham.

Bagaimanalah bisa ku pahamkan,  jika kau tidak ingin memahami apa yang ku pahami.

Tidakkah kita sekeyakinan?

Maka jangan tanya lagi untuk apa aku menjauh. Jangan tanya lagi untuk apa aku menghindar.

Urusan diantara kita,  tidak hanya semata-mata perihal perasaan. Ada keimanan yang mesti kita pertanyakan.

Lupakan soal mesra, perhatian yang berlebih, kekhwatiran yang tak berujung. Karena dibalik itu, ada benih dosa yang sedang kita tanam,  kelak kan kita tuai di yaumul hisab.

Dengarkan aku!

Tidakkah kau ngeri,  membayangkan hari pembalasan?

Terlalu banyak hal yang mesti kita pertanggungjawabkan. Maka,  mari menguranginya,  dengan tidak ada lagi mesra di antara kita.

Sungguhpun rindu membelit,  derita  mengusik, bersabarlah dengannya. Karena alasan cinta,  tidaklah kita menjadi orang-orang yang menentang perintah-Nya.

Selasa, 04 Oktober 2016

Hijrahlah karena Allah...

Semoga Allah senantiasa melindungimu, membawa langkahmu kejalan cahaya, menuntunmu pada hidayah.

Allah mengatur segala yang terjadi diantara kita, Allah yang mempertemukan dua hati manusia yang mengaku saling mencinta namun belum pernah bertatap muka. Dua insan yang dulu kasih mengasihi diusia remaja, berjanji saling setia, namun akhirnya memilih berpisah.

Mengkhiri kisah yang tak tahu kemana muaranya, itulah jalan terbaik meski harus menanggung duka. Walau pilu ditanggung berhari-hari lamanya.

Empat tahun cukup sudah, sebagai penyembuh luka, pelebur dendam. Menghadirkan keikhlasan dan pelajaran bagi kehidupan.

Tidak perlu meminta maaf berkali-kali, sebab jauh hari sebelum kata maaf terucap, aku telah ridho dengan semua yang terjadi.

Meyakini apa yang terjadi adalah takdir Allah, begitulah caraku memahami peristiwa masa lalu kita.

Tak usah  ingatkan aku dengan masa lampau, walau sejauh apapun kaki ini melangkah, ia tidak akan terlupa.
Sebab dari sanalah banyak pelajaran yang ku peroleh. Belajar perihal takdir, ikhlas dan memaafkan. Kesemuanya itu sulit aku dapatkan ditempat lain.

Jangan pernah pengaruhi aku dengan kata-kata suka atau apapun itu, tak ada gunanya. Sebab aku, gadis yang belum pernah kau temui ini, telah berubah, tak sama lagi seperti dulu. 

Terimakasih karena telah mengajarkanku agar tak mudah percaya pada banyak lelaki.

Allah mengantarkan ke jalan hidayah, ketempat dimana ku temui cinta yang sesungguhnya dan tempat yang mengajariku bagaimana cara mencintai agar di ridoi oleh-Nya.

Sejak lama ingin ku ajak dirimu bersama menempuh jalan-Nya, merasakan nikmatnya iman. Namun kau sepertinya masih sibuk, berlompat dari satu hati wanita  ke hati wanita yang lain.

Beberapa kali ku menegurmu lewat tulisan, namun kau abai, jangankan membalas membacanyapun tidak
Aku memilih berhenti menegurmu, bukan karena aku menyerah, harapku tetap sama tidak berubah walau semili. Hanya saja, aku sadar mungkin belum waktunya kau untuk berubah. Sepertinya kau belum ingin jeda dari menikmati permainan dunia.

Saat usia kita telah dewasa, aku kembali ingin mengajakmu kejalan-Nya. Aku sadar perlahan kau mulai berubah, entah karena wanita yang menghuni hatimu kini atau karena kau telah menyadari hakikat kehidupan sebenarnya. Dari mana? untuk apa? dan hendak kemana?

Tugasku hanya mengingatkan, menasehati, tidak lebih. Jika terselip kata seolah menggurui, mohon ampuni sebab aku, seorang wanita yang baru belajar memperbaiki diri.
Aku ingin dirimu menjadi sosok lelaki yang mengagumkan, lelaki yang memiliki pemahaman agama yang baik serta pengamalan agama yang baik pula.

Harapku, kau memahami hakikat lelaki, bertanggungjawab, bijak dan tidak suka menghambur-hamburkan janji.

Lelaki yang pantas dipatuhi oleh istri, lelaki yang pantas untuk teladani oleh anak-anakmu kelak,  lelaki yang pantas untuk dikagumi.

Menjadi sosok sederhana, mengerti apa yang ingin diraih dan apa yang harus ditinggalkan.

Dan kesemua itu bisa kau raih, jika kau ingin belajar memahami agama islam secara utuh dan menyeluruh.

Aku menyayangimu bukan sebagai orang yang dulu pernah mencintaimu, bukan seorang yang dulu rela menyianyiakan waktu bersamamu. Aku menyayangi, sama halnya seperti aku menyayangi keluargaku, menyayangi sahabat-sahabatku.

Sebab aku menginginkan kebaikan bersama kalian, kebaikan yang Ingin ku sebar kebanyak orang. Kebaikan yang akan mempertemukan kita di jannah-Nya.

Hijrahlah, temui kehidupan yang lebih baik. Kita bersama-sama memperdalam ilmu agama.

Bukannkah dulu kita pernah menjadi dua orang yang sangat dekat. Tidak peduli walau kita tidak pernah bertemu. Bukankah dulu kita pernah menjadi akrab, meski awalnya kita tidak saling mengenal.

Maka tidak perlu sungkan bertanya, berbagi atau menasehati. Jangan menjadi asing, pada orang yang kau kenali. Bangun ukhuwah diantara kita. Bukan permusuhan yang harus yang terjadi, setelah perpisahan itu.

Dan hijrahlah karena Allah, Karena yang baik tentulah bersama yang baik pula.

Jadilah sosok lelaki yang mengagumkan untuk wanita yang akan mengabdikan seluruh hidupnya untukmu.