Rabu, 02 Maret 2016

Merenda mimpi bersama ODOP 2

       Menjadi penulis bermartabat, berkualitas dan berkelas,  memerlukan proses yang panjang, tekun dan tidak boleh menyerah. Menulis tidak jauh beda dengan keterampilan lainnya, seperti halnya memasak butuh kesabaran untuk menghasilkan makanan yang lezat. Tidak cukup dengan modal saya suka menulis, saya mau jadi penulis, bakat saya menulis, tapi tidak pernah menulis, apakah tulisan langsung tersaji di depan mata. Tidak ada yang instan, bahkan mie instan saja yang namanya instan, butuh proses agar bisa melahapnya.

       Sayangnya, empat kalimat di atas semata-mata teori yang menempel di batok kepala saya istilah bekennya ngomdo (ngomong doang), realisasinya nol. Bersyukurnya, saat saya banyak cakap Allah gerakan tangan hamba-Nya yang mualaas ini membuka Facebook. Disanalah  saya menemukan tulisan bang Syaiha tentang One Day One Post 1. Wah bagus banget nih... cocok buat saya, tapi sayang seratus kali sayang pendaftarannya sudah lama di tutup. Nyesel juga kenapa baru sempat baca, kemana aja selama ini (tepok jidat), tapi sebagai seorang muslim nggak boleh putus asa, di syukuri, meski tidak jadi anggota ODOP, sempat baca itu sudah sesuatu banget. Teringatlah saya pada ayat di al-qur’an, “Barang siapa bersyukur maka akan di tambah nikmatnya, dan siapa yang tidak bersyukur, sesungguhnya azab Allah sangat pedih”. Nah dari pada di azab, mending bersyukur, kalau jodoh pasti bertemu. Saya berharap, semoga bang Syaiha tergerak hatinya membuka pendaftaran One Day One Post 2.
Di bulan februari  harapan saya berbalas, pendaftaran One Day One Post 2 dibuka. Tanpa pikir panjang saya langsung mendaftarkan diri, kesempatan baik jangan di tunda-tunda. Setelah masuk di grup ODOP 2, ternyata bukan saya doang yang berharap, banyak juga yang menginginkan kelahiran One Day One Post 2.
     
       Kenapa mengikuti One Day One Post 2, tugas pertama dari bang Syaiha. Jawabannya, yah karena pengen jadi penulis, (yaelah semua orang juga tahu ikut ODOP bakal jadi ahli rangkai kata-kata bukan ahli rangkai bunga, apalagi ahli masak).  Alasanya, nah itu dia kalau di tanya, buanyak alasanya. Mendisiplikan diri menulis, selama ini kebiasaan menulis saya parah. Nulis 3 hari seminggu bolos, nulis seminggu sebulan nggak pernah muncul (parah kan? Kalau sudah begini mimpi jadi penulis sampai kelapa berbuah pinang juga, tidak akan terwujud). Tidak pernah PD dengan tulisan sendiri, tulisan empat halaman (serasa ada yang kurang), fakir kosa kata, miskin gaya bahasa, kadang nggak nyambung lain judul lain yang di bahas. Sadis, semua jadi masalah, sudah jadi juri, kritik sana-sini, jadi haters pula (kapan jadi penulis?). Liat tulisan anak-anak di KBM, PD saya merosot, turun drastis. Tulisannya mendayu-dayu, diksinya manis, mengalir seperti air (saya kapan bisanya?). lagi-lagi saya merasa kurang dari segala sisi, kurang inilah, kurang itulah (sampai ada yang teriak, syukurnya juga tuh yang kurang). Ya, Boleh jadi rasa syukur saya yang kurang, punya kemauan jadi penulis satu tingkat di atas mereka yang tidak punya keinginan menulis. Banyak orang yang tidak memiliki kemauan, nggak tahu mau buat apa. Hidup, yah hidup aja, jadi apa kedepannya ikuti arus, mau di bawa kemana yah terserah takdir maunya apa (pasrah...).

       Alasan yang terakhir dari sekian banyak alasan yang tidak bisa saya tulisakan, adalah harapan saya menjadi bagian dari keluarga besar ODOP 2 mampu memabawa saya kearah yang lebih baik, istiqomah menulis. Bagi saya menulis adalah ibadah, “tidaklah Allah, menciptkan jin dan manusia melainkan untuk beribadah”. Setip kalimat yang tertulis semoga mengandung manfaat. Kerana sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat. Semoga saya tetap komitmen menjadi bagian dari ODOP 2 dengan terus memposting tulisan di blog tiap hari.

      Merenda mimpi bersama ODOP, meyulam harapan, merajut doa, merangkai kata sebagai bukti memaksimalkan potensi, mensyukuri nikmat yang telah di beri. Terimakasih buat bang syaiha, telah mendeklarasikan ODOP, mohon bimbingannya, tegurannya, bila saya dan teman-teman yang lain mulai bertingkah. 

6 komentar: