Teruntuk wanita-wanita galau dimanapun berada.
Adakah wanita yang tidak galau ketika putus cinta?
Adakah Wanita yang tak sedih hatinya?
Adakah Wanita yang tak kecewa?
Wanita mana yang tak luka?
Jika ada, katakan dimana wanita berhati baja itu.
Saya yakin 100% bohong,
kalau ada wanita yang baru putus lalu berkata, ” Ngga apa-apa kok, aku
baik-baik aja.” Atau bilang, “Ini takdir, anggap saja biasa.” Lalu tertawa tanpa
beban. Wanita selalu mengutamakan
perasaan, kalau diam-diam suka saja bikin dada sesak, apalagi putus. Bicara soal
patah hati, tidak akan pernah jauh dari kata galau. Hari-hari pertama pacaran
ungkapan cinta berbuih-buih. Janji sehidup semati, (kamu mati, aku cari ganti).
Semuanya indah, kata maaf di obral sampai habis (makanya giliran putus, kata
maaf dapatnya susah). Ibarat sinetron, tinggal menunggu episode terakhir, happy
atau sad ending? Meskipun tidak semua berakhir sedih, tetapi kisah berakhir
sedihlah yang menyisahkan wanita-wanita galau. Siang seakan tak ada bedanya
dengan malam, gelap. Fisik terlihat sehat, hati yang sakit, garam asalnya asin
terasa tawar. Jangankan kopi gulapun terasa pahit. Batin menjerit, tiap kali berjalan
melangkahkan kaki, terkenang masa indah
berasama, berdua-duan di pantai kejar-kejaran, tertawa. Setiap tempat memutar
kembali kenangan penuh romantisme. Dan ketiika hari itu seorang wanita memeluk
pilu, di tempat lain laki-laki yang ia tangisi tertawa bahagia dengan wanita
barunya.
Teruntuk wanita-wanita galau dimanapun berada.
Siapapun berhak untuk galau, entah dia kaya, miskin,
cantik, jelek, anak pejabat, konglomerat, keluarga bangsawan, hartawan dan
apapun profesinya, galau adalah rasa setiap insan. Dan semua orang berhak
memilih untuk tidak galau, karena Sedalam apapun galau yang di rasakan tidak
akan pernah merubah keadaan. Membangun galau setinggi gunung dan seluas lautan,
kemudian membiarkannya menjadi awan kegalauan, tidak akan menjadikan kenangan
yang terlewati terhapus walau setitik.
Teruntuk wanita-wanita galau di manapun berada.
Galau tidak akan pernah terjadi, jika tidak pernah berharap,
tidak mudah percaya dan tidak merendahkan diri. Semakin besar menanam harapan, semakin besar pula menuai kekecewaan. Orang-orang kecewa adalah
orang-orang yang pernah berharap. Jangan
pernah menyimpan harapan pada mereka yang hanya bisa memberikan kekecewaan. Mudah
percaya pada mulut-mulut pengumbar janji , sudah pasti akan mudah pula sakit
hati. Ketika bibir begitu gampang mengucap suka, maka tidak sulit pula mengucap
suka pada yang lain. Tidak mudah percaya, bukan berati tidak bisa, hanya saja
wanita cerdas memilik cara untuk memilih mana yang dapat dan tidak dapat dipercaya.
Teruntuk wanita-wanita galau di manapun berada.
Silahkan sakit hati, tapi jangan pernah merendahkan diri. Laki-laki
pemberi harapan dan pengingkar janji ketika memilih meninggalkan seorang wanita
demi wanita lain, telah membuktikan satu hal, dia tidak pantas untuk dimiliki. Wanita
yang memiliki harga diri tinggi tidak akan pernah merendahkan diri untuk laki-laki yang menggantikannya dengan wanita
baru dikenalnya. Wanita yang merasa berharga, tidak akan merasa rendah
sekalipun ia di tinggalkan demi wanita
lain
Teruntuk wanita-wanita galau dimanapun berada.
Allah SWT. Telah memuliakan wanita, tidaklah pantas
merendahkan diri pada makhluk ciptaan-Nya. Sakit hati dan kecewa yang di
rasakan, bukti bahwa satu-satunya tempat untuk berharap hanyalah kepada-Nya. “...
boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 216)
*Adiba Damayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar